Jika Habiburrahman El-shirazy seorang penulis novel the best seller beliau seorang alumni AL-AZHAR Kairo, menulis sebuah novel yang berjudul ‘’Dalam Mihrab Cinta’’ maka aku akan mencoba menguraikan isi qolbu ini, kasi sayang, untaian kata demi kata, kalimat demi kalimat hinggga menjadi sebuah tulisan hitam di atas putih yang kuberi judul “CINTA DALAM AL-QUR’AN’’ tapi penulisnya bukan alumni Az-azhar melainkan seorang mahasiswa University of fez Maroko Afrika.
Ada sebuah kisah sepasang suami istri yang selalu berpegangan tangan dan memandang penuh arti, saling menyuapi makanan ke mulut masing-masing, saling membelai tangan, rambut walaupun sang suami tahu betul bahwa usia istri tak lama lagi karena sang istri sedang mengidap penyakit serius yang mematikan “kanker payudara”.
Di belahan bumi lain, seorang ibu dengan sekuat tenaga melahirkan buah hatinya yang dikandungnya dengan segala daya upaya, walaupun sang ibu tahu betul jika ia ngotot melahirkan maka nyawanya sendiri akan terancam tak terselamatkan.
sebegitu dahsyat cinta yang dimiliki oleh umat manusia. Tak cukup hanya sering diucapkan mulut dan dilafazkan oleh lidah yang tak bertulang, namun juga melalui perbuatan. Sungguh dahsyat ukuran cinta bagi makhluk ciptaan Allah Swt. yang bernama manusia, sehingga sering kali mereka rela menukar kehidupannya dengan cinta yang didapatkannya, mereka rela mengorbankan nyawa yang dimilikinya demi cinta, manusia juga rela menukar harta demi adanya cinta dalam kehidupan mereka. Sungguh serumit itukah cinta yang dirasakan manusia? Sungguh tak masuk akal, demi cinta manusia rela menukarkan apapun yang dimilikinya. Bahkan jika cinta itu dapat dibeli dengan uang atau nyawa sekalipun, manusia akan membelinya.
Para pembaca yang budiman lubuk qolbu yang paling dalam ini ingin (Hati Nurani) berbisik/mengatakan taburkanlah, realistiskanlah cinta dengan dahsyat kepada sang pemberi cinta dari pada cinta kepada makhluq Allah karena semua bentuk cinta berasal darin-NYA.Sang Kholiq SWT berfiman in the holy qur’an:
Lalu jikalau ada yang bertanya bagaimana mencintai Allah…….?Maka semua suda jalas tertampung dalam ayat di atas dengan kalimat (فاتبعواني) ‘’ikutilah aku ‘’ artinya ikuti ajaran rosulullah. Qolbu ini sering bimbang dan bertanya-tanya mengapa kebanyakan anak manusia yang suda tahu ini tidak baik, ini halal, ini haram menurut ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad WAS tapi tetap saja dilanggar.
Saudara-saudaraku yang seiman dan seaqidah Fil Islam…..! Penulis sendiri secara pribadi mencitai semua muslimin dan mukminin oleh karena itu, era canggih ini membuatku selalu ingin menyampaikna risalah-islam Syiar islam. Sejenak kegelapan telah tiba di sore hati saya merenung ya Allah…….jika melihat realita sekarang khususnya kaum darah muda kata ‘’bang Haji rhoma Irama’’ betapa banyak anak zaman sekarang secara tidak sadar bahwa mereka didoktrin oleh syetan melalui orang yahudi dan kaum kafir untuk melakukan maksiat melalui film-film hollywood tapi isinya film porno bahkan film-film indonesia suda ikut-ikutan juga yang diperankan oleh artis-artis yang rela buka aurat, pelukan apa segala, akting ciuman dan lain-lain, mereka lakukan demi mencari duit rela melakukan karena dibayar penulis sendiri kurang tahu pas apakah hasil pekerjaan seperti ini halal atau haram sebab sama saja menjual diri, melanggar syariat Islam, malas belajar tantang islam, apalagi soal penampilan. Kita smuanya sadar bahwa penampilan itu penting karena Alla SWT menyukai indah dan menyukai keindahan (ان الله جميل ويحب الجمال ).
Akan tetapi betapa indahnya jika kecantinkan, kegantengan, tata rias, disesuaikan dengan syaiat islam bukan dangan menggunakan pakaian seksi, ketat, setiap model baru pasti ingin dibeli, itu wajar dan sangat bagus asalkan modelnya tidak melanggar syariat.
Coba perhatikan realita sekrang…….. !sangat banyak kalangan ABG bahkan Ibu-ibu berlomba belanja pakian dan memakai pakaian yang tidak islami, padahal mereka tidak tahu bahwa dengan penampilan yang mereka tonjolkan berdampak kepada lawan jenisnya yang bukan muhrimnya, saya tidak tahu apa keinginan mereka.. ?apa visi dan misi mereka sehingga mereka berpenampilan seperti itu padahal jika mereka merenung dan menggunakan akal sehat mereka pasti sadar bahwa secara tidak sadar (Langsung) mereka menganiaya diri sendiri membuat umpan para lelaki hidung belang di tempat umum, bus, sekolah, kantoran, ya Allah kuatkan hati dan kekokohn iman kami dalam menhadapi badai realita kehidupan sekarang.
Betapah gantengnya seorang pria yang akhlaqnya mencermikan syiar islam, tak melanggar syiar islam, rajian sholat, selalu berusaha untuk istiqomah. Dan betapa cantikya saudari-saudariku jika suda cantik, sholeha, rajin sholat, menjaga kesucian (Fithri Batinnya) diri, hati, ngga’ suka marah, lembut, menutup aurat, bermakhluq sosial…..adakah wanita seprti itu di zaman globalisasi ini…. ?mungkin ada tapi minim, mayoritas selalu ingin merasah gaul tapi tak sesuai kaedah dalam Islam.
Ingat, pahami, dan ikatkan pada hati cinta Allah terhadap makhluk bernama wanita lewat ayat QS. Al-Ahzab: 59 dan QS. An-Nuur ayat 31. ayat ini akan selalu mengitari kehidupan wanita sampai kapan pun;
Coba perhatikan ayat di atas, pada bagian tengah ‘’ Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka,’’dan bandingkan realita sekarang, apakah suda sesuai syariat bahkan sangat banya baju bahkan celana sengaja dibuka. Apalagi baju-baju yang digunakan oleh para saudari-saudariku yang cantik,…..!maaf jika bahasanya terlalu over tanpa rem, karena itu suda realita. Saya terkadang ingin menangis jika melihat orang yang memakai pakaian seperti ini, merasa kasian terhadap mereka karen secara tidak langsung mereka menjeremuskan diri ke dalam api neraka, melalui artikel ini mari sadar dan meninggalkan hal-hal seperti ini.
Sebelum penulis mengahiri tinta hitam di atas putih ini, mohon maaf lahir dan batin untuk semua saudara-saudaraku. Penulis menguraikan semua ini karena peduli dan melanjutkan pesan rosul kita dalam haditsnya “sampaikanlah walaupun satu ayat’’…..sekali lagi mohon maaf jika dengan hadirnya tulisan ini para pembaca marasa risau, tak ada tujuan kecuali berdakwah. Wallahu a’lamu bishowab.